upload ppt.
SEMINAR BAHASA
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE CONCEPT DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA
titha is violety
turut membantu mencerdaskan bangsa Indonesia. MERDEKA !!!
Selasa, 14 Januari 2014
Senin, 21 Januari 2013
semantik
ILMU SEMANTIK
Oleh
Rischa Dyah Aprilia
ABSTRAK
Semantik merupakan bidang yang bersifat bebas
konteks (independent context), sedangkan pragmatik bersifat terikat dengan
konteks (dependent context). Hal ini dapat dijelaskan pada contoh ketika makna
kata ‘belakang’ dikaji secara semantik, ia tidak memperhatikan konteksnya
bagaimana (independent context), ia hanya dikaji berdasarkan makna yang
terdapat dalam kamus. Namun, ketika kata ‘belakang’ dikaji dengan pragmatik,
konteks siapa yang berbicara, kepada siapa orang itu berbicara, bagaimana
keadaan si pembicara, kapan, di mana, dan apa tujuannya ini sangat
diperhatikan, sehingga maksud si pembicara dapat dimengerti oleh orang-orang di
sekitarnya.
Jadi, makna kata ‘belakang’ dalam contoh tadi tidak
dapat dijelaskan secara semantik, hanya bisa dijelaskan secara pragmatik. Maka
dari itulah dinyatakan bahwa kajian makna pragmatik berada di luar jangkauan
semantik.
Kata
kunci: simantik, pragmatik, kajian, bentuk, makna dan konteks.
1.
Pendahuluan
Menurut
Katz (1971:3) semantik adalah studi tentang makna bahasa. Sementara itu
semantik menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik adalah bagian struktur
bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna
suatu wicara. Secara singkat, semantik
ini mengkaji tata makna secara formal (bentuk) yang tidak dikaitkan dengan
konteks. Akan tetapi, ternyata ilmu yang mempelajari atau mengkaji
makna ini tidak hanya semantik, ada juga pragmatik. Untuk membedakannya,
berikut ini ada beberapa poin yang mudah untuk diingat dan dapat dengan jelas
membedakan semantik dengan pragmatik.
Sifat
kajian dalam semantik adalah diadic relation (hubungan dua arah), hanya
melibatkan bentuk dan makna. Sifat kajian dalam pragmatik adalah triadic
relation (hubungan tiga arah), yaitu melibatkan bentuk, makna, dan konteks.
Semantik
diatur oleh kaidah kebahasaan (tatabahasa), sedangkan pragmatik dikendalikan
oleh prinsip komunikasi. Jadi, kajian makna dalam semantik lebih objektif
daripada pragmatik, karena hanya memperhatikan makna tersebut sesuai dengan
makna yang terdapat dalam leksemnya. Kajian makna pragmatik dapat dikatakan
lebih subjektif, karena mengandung konteks/memperhatikan konteks. Dan setiap
orang pasti mempunyai makna sendiri sesuai dengan konteks yang dipandangnya.
Semantik
merupakan bidang yang bersifat bebas konteks (independent context), sedangkan
pragmatik bersifat terikat dengan konteks (dependent context).
2.
Rumusan
Masalah
a.
Apa saja jenis
semantik?
b.
Bagaimana kaidah umum
semantik?
c.
Bagaimana sebab
penamaan dalam ilmu semantik?
d.
Apa itu aspek makna
dalam ilmu semantik?
3.
Tujuan
penelitian
a. Mendapatkan
pengetahuan tentang ilmu semantik.
b. Memahami
dan mengenal tentang ilmu semantik.
c. Memperoleh
informasi tentang kaidah umum, sebab penamaan dan aspek makna dalam ilmu
semantik.
4.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini merupakan jenis penelitian kualitatif-deskriptif. Penelitian ini dilakukan
dengan tiga tahapan, yaitu penyediaan atau pengumpulan data, klasifikasi dan
analisis data dan serta penyajian hasil analisis data.
5.
Hasil
Pembahasan
A. Jenis
Semantik
Penjelasan gambar di
bawah ini sebagai berikut:
Kalau
objek kajian semantiknya adalah makna-makna gramatikal, maka jenis semantik ini
disebut SEMANTIK GRAMATIKAL. Jenis semantik ini mengkaji satuan-satuan
gramatikal yang terdiri atas sintaksis dan morfologi.
1. Konteks
morfologi
Kata ‘sepatu’ akan
memiliki makna yang berbeda setelah mengalami proses morfologis, misalnya
dengan afiksasi menjadi ‘bersepatu’.
2. Konteks
sintaksis
Di kebun binatang ada
enam ekor beruang.
Hanya orang yang
beruang yang dapat membeli rumah itu.
Perbedaan makna
‘beruang’ pada kalimat pertama dan kedua itu terjadi karena adanya perbedaan
konteks kalimat yang dimasuki kata-kata tersebut.
Pada fonologi tidak ada
semantiknya, atau dengan kata lain fonologi tidak termasuk dalam jenis-jenis
semantik karena fonologi hanya mampu membedakan makna kata dengan perbedaan
bunyi.
Kalau objek kajian
semantiknya leksikon (kosa kata) dari suatu bahasa, maka jenis semantiknya
dinamakan SEMANTIK LEKSIKAL. Kajian semantik leksikal ini adalah makna utuh
yang terdapat pada masing-masing leksikon tanpa terpengaruh proses apapun
(proses morfologi maupun sintaksis).
Dikatakan SEMANTIK
WACANA kalau objek kajiannya adalah wacana. Tugas jenis semantik ini adalah
mengkaji makna wacana. Pemaknaan suatu wacana tidak terlepas dari pola berpikir
yang runtut dan logis.
B. Kaidah
Umum Semantik
1. Hubungan
antara leksem dengan acuannya bersifat arbitrer. Contoh: kata ‘kursi’ dengan media
(yang sekarang kita ketahui wujudnya dan dinamakan kursi) itu tidak bersifat
mutlak, tetapi arbitrer. Tidak ada alasan kenapa media tersebut dinamakan
‘kursi’.
2. Kajian
waktunya ada yang sinkronik (melihat makna dalam kurun waktu tertentu, sehingga
maknanya bersifat tetap, tidak mengalami perubahan baik dulu maupun sekarang)
dan diakronik (melihat makna dalm kurun waktu panjang, sehingga maknanya
relatif berubah.) Contoh diakronik adalah kata ‘bapak’. Dahulu, kata ‘bapak’
digunakan pada seorang laki-laki yang mempunyai hubungan darah (dengan
anaknya), sedangkan sekarang kata ‘bapak’ dapat digunakan pada seseorang yang
tidak mempunyai hubungan darah sekalipun, belum tua, dan bahkan belum menikah,
misalnya ‘Bapak guru’, ‘Bapak walikota’, ‘Bapak camat’, dsb.
3. Beda
bentuk, beda makna. Contoh kata ‘bisa’ dan ‘dapat’, di mana arti keduanya
bersinonim. Akan tetapi, setelah keduanya mendapatkan proses morfologis,
misalkan afiksasi ‘peN- + -an’, sehingga bentuknya menjadi ‘pembisaan’ dan
‘pendapatan’. Jelas sekali kata ‘dapat’ yang diberi proses morfologis itu lebih
berterima daripada kata ‘bisa’ setelah mendapat proses morfologis.
4. Setiap
bahasa memiliki sistem semantik sendiri. Contoh: Kata ‘pipis’, dalam Bahasa
Sunda kata tersebut berarti ‘air kencing’, tetapi dalam Bahasa Bali kata
tersebut berati ‘uang jajan’. Contoh lainnya yaitu ‘kodok’, dalam Bahasa Sunda
berarti ‘mengambil sesuatu dari sebuah lubang yang dalam’, sedangkan dalam
Bahasa Indonesia berarti ‘katak’.
5. Makna
berkaitan dengan pandangan hidup/budayanya. Pada poin ini berkaitan dengan tabu
atau tidaknya penggunaan kata tersebut di suatu masyarakat. Contoh kata
‘anjing’, bagi orang Islam kata ‘anjing’ dapat dimaknai sebagai sesuatu yang
bernajis, tetapi bagi orang Kristen dapat dimaknai sebagai hewan yang lucu dan
menggemaskan. Contoh lainnya yaitu kata ‘momok’, bagi masyarakat Indonesia
(umum) kata tersebut berarti sesuatu yang menakutkan, tetapi bagi masyarakat
Sunda kata tersebut berati vagina. Satu contoh lagi yaitu kata ‘butuh’, bagi
masyarakat Indonesia (umum) kata tersebut berati ‘perlu’, tetapi bagi
masyarakat di Kalimantan dapat berarti ‘nama kemaluan pria’.
6. Luasnya
bentuk ≠ luasnya makna. Secara bentuk, semakin lebar (kata-kata yang digunakan)
maka semakin sempit maknanya, begitu sebaliknya. Contoh:
Kereta
Kereta
Kereta api
Kereta api ekspres
Bandingkan makna kata
‘kereta’ dengan makna yang terkandung dalam ‘kereta api ekspres’. Secara
bentuk, kata ‘kereta’ lebih simpel daripada ‘kereta api ekspres’. Akan tetapi
secara makna, makna ‘kereta’ masih terlalu luas, apakah yang dimaksudkan itu
kereta api atau kereta uap, atau kereta apa? Sedangkan makna ‘kereta api
ekspres’ sudah jelas berarti kereta api khusus yang lajunya lebih cepat dan
fasilitas serta pelayanannya lebih baik daripada kereta api ekonomi.
C. Penamaan
dalam Semantik
Penamaan dalam semantik
ini ada 8 penyebab yaitu:
1. Peniruan
bunyi; contohnya ‘tokek’ disebut demikian karena bunyi hewan tersebut adalah
‘tokek-tokek’. Penamaan sesuatu berdasarkan peniruan bunyinya disebut
ONOMATOPE.
2. Penyebutan
bagian; contoh “Ibu membeli empat ekor ayam” yang dimaksud kalimat tersebut
pastilah bukan hanya ekor ayamnya saja yang dibeli ibu, tetapi ayam secara
keseluruhan.
3. Penyebutan
sifat khas; contoh ‘si kerdil’ karena anak tersebut tetap berbadan kecil, tidak
tumbuh menjadi besar.
4. Penemu
dan pembuat; contoh ‘Aqua’ dan ‘kodak’, kalau kita mau membeli air minum dalma
kemasan, pasti kita akan berkata, “Pak, beli Aqua satu botol.” Padahal di toko
tersebut tidak ada air minum kemasan bermerek Aqua. Demikian juga dengan ‘Kodak’
yang merupakan nama merek sebuah kamera.
5. Tempat
asal; contoh kata ‘magnet’ berasal dari nama tempat Magnesia, nama burung
‘kenari’ diambil dari asal burung itu berada yaitu Pulau Kenari di Afrika, ikan
‘sarden’ berasal dari Pulau Sardinia di Italia. Ada juga nama piagam atau
perjanjian-perjanjian besar seperti ‘Piagam Jakarta’ karena tempatnya di
Jakarta, ‘Perjanjian Linggarjati’ karena pelaksanaan perjanjian tersebut di
Linggarjati.
6. Bahan;
contoh nama karung ‘goni’ karena bahan karung tersebut dari goni, dan ‘bambu
runcing’ karena benda tersebut terbuat dari bambu dan ujungnya runcing.
7. Keserupaan;
perhatikan contoh ‘kaki’, ‘kaki gunung’, ‘kaki kursi’, dan ‘kaki meja’, hal
yang sama dari empat contoh tersebut adalah letaknya, di mana letak kaki selalu
ada di bawah. Contoh lain misalnya ‘kepala’, ‘kepala masinis’, ‘kepala
sekolah’, dan ‘kepala surat’, hal yang sama pada kata-kata tersebut yaitu
letaknya, di mana letak kepala selalu berada di atas, ‘kepala surat’ selalu
diletakkan di bagian atas kan?
8. Pemendekan;
contoh ‘UPI’ menjadi nama sebuah universitas negeri di Bandung, padahal namanya
bukan UPI, tetapi Universitas Pendidikan Indonesia. Contoh lain yaitu ‘cireng’
yang menjadi nama sebuah makanan ringan, ‘cireng’ merupakan kependekan dari
‘aci digoreng’.
D. Aspek
Makna
Aspek
makna dibedakan atas empat macam yaitu pengertian (sense), perasaan (feeling),
nada (tone), dan maksud atau tujuan (intention). Pengertian sense sama dengan
tema. Perasaan berkaitan dengan sikap pembicara terhadap apa yang sedang dibicarakan
serta bagaimana situasi pembicaraan saat itu. Nada adalah sikap pembicara
terhadap lawan bicaranya. Maksud adalah hal yang mendorong pembicara untuk
mengungkapkan satuan-satuan bahasa. Contohnya yaitu “Hari ini panas”, apabila
orang yang diajak berbicara itu menanggapinya dengan hal lain seperti meminta
minum, maka akan berbeda pula dengan maksud di penutur (hanya memberi tahu
bahwa hari ini cuacanya panas).
6. Penutup
1.
Simpulan
Hubungan
antara leksem dengan acuannya bersifat arbitrer dan setiap bahasa memiliki
sistem semantik sendiri. Salah satu objek kajian semantik adalah kalimat,
sehingga semantik ini sering disebut makna kalimat.
Semantik
diatur oleh kaidah kebahasaan (tatabahasa), sedangkan pragmatik dikendalikan
oleh prinsip komunikasi. Jadi, kajian makna dalam semantik lebih objektif
daripada pragmatik, karena hanya memperhatikan makna tersebut sesuai dengan
makna yang terdapat dalam leksemnya.
Kajian
makna pragmatik dapat dikatakan lebih subjektif, karena mengandung
konteks/memperhatikan konteks.
Semantik
bersifat konvensional, sedangkan pragmatik bersifat non-konvensional. Dikatakan
konvensional karena diatur oleh tatabahasa atau menggunakan kaidah-kaidah
kebahasaan.
2. Saran
Saya mengharap kritik dari semua untuk lebih membangun
artikel saya yang selanjutnya untuk menjadi karya yang lebih baik lagi. Jika
ada tutur tulisan yang salah atau tidak berkenan dihati kami mohon maaf.
7. Daftar Rujukan
Minggu, 28 Oktober 2012
manajemen pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen pendidikan merupakan
hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan, sehingga
menghasilkan keluaran yang diinginkan. Kenyataannya, banyak institusi pendidikan yang
belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya. Pendidikan yang visioner, memiliki misi yang
jelas akan menghasilkan keluaran yang berkualitas. Dari sanalah pentingnya
manajemen pendidikan diterapkan. Manajemen yang digunakan masih konvensional,
sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari
modernitas. Hal ini mengakibatkan sasaran-sasaran ideal pendidikan yang
seharusnya bisa dipenuhi ternyata tidak bisa diwujudkan. Parahnya, terkadang
para pengelola pendidikan tidak menyadari akan hal itu. Manajemen pendidikan merupakan suatu proses untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan
prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dsb untuk mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan. Yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
B. Rumusan Masalah
Untuk lebih dapat memahami apa yang dibicarakan dalam
makalah ini, Penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
itu
Manajemen pendidikan?
2.
komponen Manajemen Pendidikan?
3.
Apa
prinsip-prinsip dari manajemen pendidikan ?
4.
Apa
fungsi dari Manajemen pendidikan?
5.
Hal apa sajakah yang perlu diperhatikan
terkait manajemen pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Ingin
memberikan pengetahuan pada pembaca tentang apa ituManajemen Pendidikan.
2. Agar pembaca dapat mengetahui komponen Manajemen Pendidikan.
3. Supaya pembaca mengetahui prinsip-prinsip dari manajemen
pendidikan.
4. Agar pembaca fungsi dari Manajemen pendidikan.
5. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah penulisan kegiatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Pendidikan
Pendidikan
memiliki fungsi yang hakiki dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang akan
menjadi aktor-aktor dalam menjalankan fungsi dari berbagai bidang kehidupan.
1. Pengertian Manajemen
Manajemen
berasal dari kata “manus” yang berarti “tangan”, berarti menangani sesuatu,
mengatur, membuat sesuatu menjadi seperti yang diinginkan dengan mendayagunakan
seluruh sumber daya yang ada. Secara teoritis, setiap ahli memberikan pandangan
yang berbeda tentang batasan manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti
universal yang dapat diterima semua orang. Namun demikian dari
pemikiran-pemikiran ahli tentang defenisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa
manajemen merupakan suatu proses mendayagunakan orang dan sumber lainnya untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Berikut ini
merupakan defenisi manajemen dari beberapa ahli:
2. Pengertian Pendidikan
Berasal dari kata Yunani “educare” yang berarti membawa keluar yang tersimpan,
untuk dituntut agar tumbuh dan berkembang. Dan dalam bahasa arab dikenal dengan
istilah “tarbiyah”, berasal dari kata “raba-yarbu” yang berarti mengembang, tumbuh.
“Seperti satu benih yang
menumbuhkan tunas dan lembaganya, makin mengeras dan kokoh batangnya hingga
mengagumkan bagi banyak petani”.
Berikut ini
merupakan defenisi pendidikan dari beberapa ahli:
3. Pengertian Manajemen Pendidikan
Secara
sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari studi dan praktik
yang terkait dengan organisasi pendidikan. Sehingga diharapkan melalui kegiatan
manajemen pendidikan tersebut, tujuan pendidikan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien.
Berikut ini
merupakan defenisi manajemen pendidikan dari beberapa ahli:
4. Komponen dan sub komponen Manajemen Pendidikan
Secara umum manajemen pendidikan dijabarkan melalui beberapa
komponen berupa perencanaan pendidikan, pengorganisasian pendidikan,
kepemimpinan pendidikan, penggiatan atau pelaksanaan pendidikan, pengendalian
atau pengawasan pendidikan.
Redja
Mudyahardjo dalam Filsafat Ilmu Pendidikan mengemukakan manajemen
pendidikan mencakup sub-sub komponen: (1) perencanaan; (2) sistem pendidikan
menurut tahap-tahap perkembangan (jenjang pendidikan) dan aspek-aspek
pengembangan (jenis pendidikan); (3) organisasi; (4) administrasi; (5)
keuangan; (6) pemasokan tenaga pendidikan; (7) sistem evaluasi; dan (8)
penelitian.
5.
Prinsip-Prinsip
Manajemen Pendidikan
Douglas
(1963:13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut :
1.
Memprioritaskan
tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.
2.
Mengkoordinasikan
wewenang dan tanggung jawab
3.
Memberikan
tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan
kemampuannya
4.
Mengenal
secara baik faktor-faktor psikologis manusia
5.
Relativitas
nilai-nilai
Prinsip-prinsip
diatas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan praktiknya harus
memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai.
Tujuan
dirumuskan dengan tepat sesuai dengan arah organisasi, tuntutan zaman, dan
nilai-nilai yang berlaku. Tujuan suatu organisasi dapat dijabarkan dalam bentuk
visi, misi dan sasaran-sasaran. Ketiga bentuk tujuan itu harus dirumuskan dalam
satu kekuatan tim yang memiliki komitmen terhadap kemajuan dan masa depan
organisasi.
Drucker (1954) melalui MBO (management by objective)
memberikan gagasan prinsip manajemen berdasarkan sasaran sebagai suatu
pendekatan dalam perencanaan. Penerapan pada manajemen pendidikan adalah bahwa
kepala dinas memimpin tim yang beranggotakan unsur pejabat dan fungsional
dinas, dan lebih baik terapat stakeholders untuk merumuskan
visi, misi dan objektif dinas pendidikan.
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
siswa, orang tua siswa, masyarakat dan stakeholders duduk
bersama membahas rencana strategis sekolah dengan mengembangkan tujuh langkah
MBO yaitu:
1.
Menentukan
hasil akhir apa yang ingin dicapai sekolah
2.
Menganalisis
apakah hasil akhir itu berkaitan dengan tujuan sekolah
3.
Berunding
menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan
4.
Menetapkan
kegiatan apa yang tepat untuk mencapai sasaran
5.
Menyusun
tugas-tugas untuk mempermudah mencapai sasaran
6.
Menentukan
batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan dipergunakan oleh atasan
7.
Lakukan
monitoring dan buat lapora
6.
Fungsi
Manajemen Pendidikan
Mengadopsi fungsi manajemen dari
para ahli, fungsi manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara
umum adalah melaksanakan fungsi planning, organizing, staffing,
coordinating, leading (facilitating, motivating, innovating), reporting,
controlling.
Pada dunia pendidikan, istilah directing lebih
tepat memakai istilah leading dengan perluasan facilitating,
motivating, innovating. Selanjutnya fungsi pengawasan dilaksanakan sebagai
bagian dari pelaksanaan manajerial. Pada level sekolah, pengawas lebih berperan
sebagai ”quality assurance” dengan tugas supervise debagai
upaya pembinaan terhadap staf untuk memeprbaiki dan meningkatkan kualitas
pendidikan.
B.
Hal
Yang Terkait Manajemen Pendidikan
Dalam
perkembangannya, manajemen pendidikan memerlukan
untuk pengelolaannya. Tetapi pada prakteknya, ini masih merupakan suatu hal
yang elusif. Banyak penyelenggara pendidikan yang beranggapan bahwa hal
tersebut bukanlah suatu hal yang penting, Beberapa hal yang perlu diperhatikan
terkait manajemen pendidikan antara lain:
1.
Sasaran Pendidikan: Aspek afektif
Salah
satu isu utama keberhasilan pendidikan adalah sejauh mana tingkat afektifitas
yang dimiliki oleh anak didik, apakah menjadi lebih saleh, berbudi pekerti,
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Inilah tantangan
yang harus dijawab oleh pendidikan.
2.
Manajemen Guru
Sampai
saat ini, guru sebagai salah satu sumber daya terpenting pendidikan masih
undermanaged atau bahkan mismanaged. Pimpinan pendidikan pada umumnya masih
melihat guru sebagai faktor produksi saja. Padahal manajemen guru , adalah
suatu hal yang sangat penting untuk keberhasilan suatu pendidikan.
3.
Peningkatan Pengawasan
Dalam
manajemen pendidikan, fungsi pengawasan sepertinya menempati posisi terlemah.
Masih banyak aspek pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian sasaran yang
masih luput dari pengawasan.
4.
Manajer Pendidikan
Keberhasilan
manajemen pendidikan tidak bisa dilepaskan dari peran serta manajer/pengelola
pendidikan. Selama ini banyak peran ganda yang dijalankan oleh komponen
pendidikan, seperti guru menempati posisi sebagai kepala institusi pendidikan.
Efisiensi biaya sering dijadikan alasan, meski urusan manajemen sangat berbeda
dengan urusan belajar-mengajar.
5.
Partisipasi Manajer Bisnis
Dalam
membenahi manajemen pendidikan, tidak ada salahnya bagi penyelenggara
pendidikan untuk memanfaatkan keterampilan menajerial para manajer bisnis .
Fungsi manajemen bersifat universal dan keterampilan manajemen dapat ditransfer
dari satu bidang ke bidang lain.
6.
Aliansi antar sekolah
Aliansi
antar institusi pendidikan bisa menjadi jalan memajukan institusi pendidikan,
sehingga dapat belajar dari good management practice lembaga pendidikan lain.
7.
Kebijakan Pemerintah
Faktor
eksternal berupa keterlibatan pemerintah dalam pendidikan juga mempengaruhi
manajemen pendidikan di negara tersebut. Singkatnya, manajemen pendidikan
sangat diperlukan oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan. Meski
demikian, penerapannya ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Ada banyak
tantangan dan problematika yang harus dihadapi, Semua pihak harus bekerja sama
menyelesaikan problematika tersebut agar cita-cita pendidikan bisa terealisasi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan
prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dsb untuk mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan. Dari sarana dan prasarana itulah peserta didik
dapat melekukan praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan. Sehingga
diharapkan melalui kegiatan manajemen pendidikan tersebut, tujuan pendidikan
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Didalam Manajemen Pendidikan juga terdapat Hal
Yang Terkait tentang Manajemen Pendidikan seperti : Aspek afektif, Manajemen
Guru, Peningkatan
Pengawasan, Manajer
Pendidikan,
Partisipasi Manajer Bisnis,Aliansi antar sekolah, Kebijakan Pemerintah
B.
Saran
Untuk meningkatkan manajemen
pendidikan sekolah sebaiknya kunjungan antar sekolah sering dilakukan untuk
melihat kemajuan dan perkembangan yang telah dicapai di sekolah masing-masing. Sebaiknya
kesejahteraan lahir dan batin mendapat prioritas dalam melaksanakan manajemen
pemimpin.
DAFTAR
PUSTAKA
Bush, Tony. 2003. Theories of
Educational Leadership and Management. London: Sage
Publications.
Engkoswara dan Komariah, Aan. 2010. Administrasi
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Mudyahardjo, Redja. 2006. Filasafat Ilmu Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta
Prayitno. 2008. Arah dan langkah pengembangan
Fakultas/ Jurusan Kependidikan. Makalah: disampaikan pada Seminar
Internasional Pendidikan dan Temu Karya Dekan FIP/FKIP BKS-PTN Wilayah Barat
Indonesia.
Rivai, Veithzal dan Murni, Silviana. 2008. Education
Management.
www.orumsejawat.wordpress.com/2011/02/01/pengertian-manajemen-pendidikan/ (diakses pada tanggal 5 Juni 2012)
Langganan:
Postingan (Atom)